Perang
Dingin: Perang tanpa Senjata Yang Dahsyat
Perang
dingin adalah peristiwa perebutan pengaruh dan kekuasaan antara Uni Soviet
dengan Amerika Serikat. Perang ini bermula setelah berakhirnya Perang Dunia II
yang dimenangkan sekutu. Amerika Serikat merupakan negara satu-satunya yang
tidak mengalami kerugian sedangkan Uni Soviet dengan para koloninya juga
mempunyai kekuatan ideologi, politik, dan ekonomi yang besar. Karena adanya
perimbangan kekuatan ini, membuat kedua negara ini saling berebut pengaruh
utamanya pada negara yang baru merdeka. Mereka menyebarkan ideologinya
masing-masing ke negara lain. Sehingga memunculkan istilah Blok Barat yang
merupakan kumpulan negara-negara yang menjadi sekutu Amerika Serikat yang
berideologi Demokrasi-Liberal. Negara yang termasuk Blok Barat adalah
negara-negara di Eropa Barat. Sedangkan kubu Uni Soviet yang berideologi
sosialis-komunis tergabung dalam Blok Timur. Negara yang menjadi anggota Blok
Timur adalah Eropa Timur dan Cina.
Amerika
Serikat dan Uni Soviet terus melancarkan berbagai cara untuk mendapat pengaruh
di dunia. Amerika Serikat mengeluarkan Marshal Plan yang ditujukan
kepada negara-negara Eropa agar segera bangkit dari kemiskinan dan keputusasaan
akibat Perang Dunia II sehingga mereka bisa membantu Amerika dalam memerangi
Uni Soviet. Selain itu ada Truman Doctrine yang berisi kesediaan Amerika
untuk membantu kekuatan anti-komunis di Turki dan Yunani. Sementara itu, Uni
Soviet sendiri terus melancarkan upaya untuk menyebarkan ideologinya ke
berbagai kawasan Eropa Timur dan Asia. Pada tahun 1948, Uni Soviet memutus
jalan dan jalur kereta api yang menghubungkan Jerman Timur dan Jerman Barat.
Hal ini menimbulkan blokade ekonomi di Jerman Barat. Pada Mei 1949, Uni Soviet
mencabut blokade tersebut. Meski begitu peristiwa ini tetap menimbulkan
konfrontasi antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Amerika Serikat terus
mengirim bantuan untuk Jerman Barat. Karena kejadian ini pula, pada 4 April
1949 North Atlantic Treaty Organization (NATO) dibentuk. NATO sendiri beranggotakan
Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Prancis, Belanda, Belgia, Italia, Portugal,
Islandia, Luxemburg, Norwegia, dan Denmark yang mendukung stabilitas politik
dan keamanan di daerah Atlantik Utara. Langkah ini langsung direspon oleh Uni
Soviet dengan mendirikan Warsaw Pact atau Pakta Warsawa pada 15 Mei
1955. Pakta Warsawa yang dibentuk di Warsawa, Polandia ini beranggotakan Jerman
Timur, Polandia, Bulgaria, Cekoslowakia, Hungaria, Albania, dan Uni Soviet
sebagai pemimpin. Organisasi ini bertujuan untuk menangkal dampak pembangunan
instalasi senjata di Jerman Barat yang berafiliasi langsung dengan NATO.
Melalui dua organisasi besar inilah, ideologi yang diusung Amerika Serikat dan
Uni Soviet menyebar ke seluruh dunia.
Perang
ini akhirnya menjangkau wilayah yang lebih luas lagi, yakni Asia. Beberapa
negara di Asia turut mendapat pengaruh dari adanya Perang Dingin ini. Bahkan
berbagai kejadian besar terjadi di Asia tak lepas dari campur tangan Amerika
Serikat dan Uni Soviet. Salah satu negara Asia yang mendapat efek dari Perang
Dingin adalah Cina. Cina sudah lama dikenal sebagai sekutu Uni Soviet. Paham
komunis muncul di Cina setelah Partai Komunis Cina pimpinan Mao Zedong menang
dalam konflik politik di Cina. Mao Zedong menggantikan Chiang Kai Shek, pimpinan
Partai Kuomintang. Sementara itu, Chiang Kai Shek mendirikan pemerintahan
demokratis di Taiwan. Sudah barang tentu Amerika Serikat tidak mengakui
pendirian Republik Rakyat Cina dan mendukung secara aklamasi Republik
Nasionalis Cina yang memiliki ideologi serupa dengannya, yakni demokrasi.
Selain Cina, masih ada Korea. Perang Dinginlah yang membuat Korea terpecah
menjadi dua seperti saat ini. Sejak awal Perang Dunia II, Uni Soviet telah
menduduki Korea dan memerangi Jepang sehingga Uni Soviet cukup berpengaruh di
Korea terutama Korea Utara. Untuk mencegah semakin meluasnya Komunisme di
Korea, Amerika Serikat membagi Korea di titik 38º dan memihak Korea Selatan.
Namun pada 25 Juni 1950, pasukan Korea Utara melewati batas 38º dan masuk ke
Korea Selatan sehingga terjadilah Perang Korea sebagai lanjutan dari
terpecahnya Korea pada 1948. Perang ini semakin memanas dengan adanya
intervensi Cina. Cina berpikir pasukan PBB yang melewati garis 38º dan masuk ke
wilayah Korea Utara akan mengancam pertahanan dan keamanannya karena PBB sangat
dekat dengan Amerika Serikat. Perang ini berakhir dengan kesepakatan damai pada
27 Juli 1953.
Selain
di Asia Timur, Asia Tenggara pun turut menderita imbas dari Perang Dingin,
termasuk Indonesia. Indonesia yang pada saat itu masih tergolong sebagai negara
baru langsung diuji dengan masuknya ideologi komunis yang bertentangan dengan
prinsip masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah muslim. Indonesia pun sempat
membangun kerjasama dengan Uni Soviet pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Meski begitu, Indonesia tidak bergabung dengan Blok Timur ataupun Blok Barat.
Pada Perang Dingin, boleh dibilang bahwa Indonesia sangat berani mengambil
langkah politiknya sebagai negara yang baru saja merdeka. Indonesia tidak
mengikuti blok manapun dan menerapkan Politik Bebas Aktif dalam berdiplomasi.
Kebijakan ini memiliki arti bahwa Indonesia bebas untuk tidak memihak salah
satu blok tapi tetap aktif dalam memperjuangkan perdamaian dunia. Hal ini
terwujud dengan keaktifan Indonesia dalam mengirim pasukan perdamaian yang
bernama Pasukan Garuda. Terlebih dengan munculnya beberapa negara di kawasan
Asia Tenggara yang menjadi kekuatan komunis yang dapat memicu konflik regional.
Salah satu negara Asia Tenggara yang berhaluan komunis dan sedang mengalami
konflik adalah Kamboja. Pada saat itu, Indonesia memberikan tawaran untuk
membantu menyelesaikan pertikaian di Kamboja. Indonesia pun menggelar pertemuan
di Jakarta pada 15-17 Mei 1970 yang dihadiri Laos, Vietnam Selatan, Filipina,
Jepang, Korea Selatan, Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, Selandia baru,
dan Australia untuk membahas pertikaian Kamboja tersebut.
Di
samping adu pengaruh dalam hal ideologi, Amerika Serikat dan Uni Soviet juga
bertarung dalam hal teknologi persenjataan dan ruang angkasa. Pada masalah
kecanggihan teknologi ruang angkasa, kedua negara ini saling berebut untuk
mencapai luar angkasa. Uni Soviet berhasil meluncurkan pesawat ruang angkasa
pertamanya, Sputnik I pada 4 Oktober 1957 yang kemudian disusul Amerika Serikat
yang meluncurkan Explorer I pada tahun selanjutnya. Kedua negara ini terus
berusaha melebihi pencapaian rivalnya dalam penemuan teknologi ruang angkasa
ini. Selain teknologi ruang angkasa, adu teknologi persenjataan juga mewarnai
Perang Dingin. Amerika Serikat dan Uni Soviet terus berlomba mendirikan pusat
peluncuran senjata nuklir di negara-negara yang berada di bawah pengaruhnya.
Meski kecanggihan senjata nuklir Uni Soviet sempat tertinggal dari Amerika
Serikat, Uni Soviet mampu lebih unggul setelah senjata nuklirnya menjadi yang
terkuat di tahun 1975. Kondisi ini kian memanaskan hubungan Amerika Serikat
dengan Uni Soviet. Tetapi, karena dampak yang akan ditimbulkan oleh senjata
nuklir bagi kehidupan manusia digelar sejumlah perjanjian yang bertujuan untuk
membatasi penggunaan senjata nuklir. Hal ini yang secara perlahan-lahan
menghentikan Perang Dingin. Terlebih setelah kekuasaan Uni Soviet mulai melemah
karena beberapa negara kekuasaannya melepaskan diri, Perang Dingin pun
berakhir.
Sebagaimana
perang-perang pada umumnya, Perang Dingin tetap memberi efek buruk. Di
antaranya adalah munculnya perpecahan seperti yang terjadi di Korea. Selain
itu, timbulnya berbagai peperangan ataupun konflik di negara-negara koloni
pasti menimbulkan korban jiwa serta materi. Tak hanya itu, adanya ketegangan di
negara-negara tersebut turut berpengaruh pula dengan kedamaian di negara
tetangganya. Akan tetapi tak hanya menimbulkan dampak negatif, adanya
persaingan Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam kecanggihan teknologi secara tidak
langsung turut memunculkan teknologi-teknologi baru yang bermanfaat di masa
sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar